Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Bagi
masyarakat Aceh, mungkin tidak asing dengan kalimat “Bek drop cicem murong, iseurapa inteuk”. Iya, ini adalah sebuah
kalimat yang menyerukan untuk tidak menangkap atau mengganggu “cicem murong”
karena bisa dikutuk oleh binatang tersebut. Secara harfiah, “cicem murong” adalah burung kutilang
yang ukurannya kecil dengan paruh nan runcing panjang dan warnanya yang menarik seperti
campuran merah dan hijau. Namun umumnya ditemukan dengan warna campuran hitam
dan kuning. Walau pun warnanya yang menarik, tidak serta merta membuat
masyarakat Aceh menjadikan burung tersebut sebagai burung hias peliharaan. Hal ini
dikarenakan sudah melekatnya pikiran masyarakat bahwa dengan menangkap burung
ini maka kita akan dikutuk dengan dirontokkan rambut. Secara rasional, hal
tersebut memang tidak mungkin, mengingat mana ada burung yang bisa mengutuk
manusia, kecuali anak kecil yang percaya hal tersebut. Bahkan kita sekarang pun
tahu, namun enggan jua menangkap burung ini.
Bisa kita
katakan bahwa ini adalah suatu kebijakan bahkan kearifan lokal yang diciptakan
oleh masyarakat Aceh zaman dahulu. Istilah “burung kutilang dapat mengutuk
manusia” sangat berpengaruh terhadap pola pikir manusia dalam bertindak
terhadap lingkungannya. Sebagai contoh, dulu waktu kecil, saya dan teman-teman sering
main-main ke sawah bila sudah habis masa panen. Tujuannya tak lain untuk
menangkap burung seperti burung pipit dan manyar. Tapi tidak untuk burung
kutilang padahal warna bulunya lebih menarik daripada burung pipit. Ini lah
yang disebut istilah tersebut dapat mempengaruhi pikiran manusia.
Kearifan lokal
yang dimaksud dalam hal ini adalah dengan adanya kalimat yang menyerukan untuk
tidak mengganggu burung kutilang, maka suatu bentuk untuk menjaga dan
melestarikan jenis spesies tertentu. Bayangkan jika dulu tidak ada
kalimat-kalimat tersebut, mungkin kita tidak tahu akan fenomenalnya burung
kutilang ini di Aceh. Burung yang sering nangkring di pohon ini bahkan bebas
membuat sarangnya dimana pun seperti di atap rumah yang paling tinggi.
Sekarang sudah
sangat jarang kita mendengar kalimat memorable
tersebut, mengingat anak zaman sekarang kebanyakan bergelut dengan gadget dan
semacamnya, tidak lagi bermain di alam bebas. Mereka pun tidak tahu bahwa zaman
dulu burung kutilang menjadi sangat populer dengan kutukannya sehingga orang
pun enggan menyentuhnya.
Wassalam....
No comments:
Post a Comment